Tidak seperti polisi lainnya, Bripka Seladi (58) memiliki profesi lain yang cukup berbeda yaitu sebagai pemulung.
idak seperti polisi lainnya, Bripka Seladi (58) memiliki profesi lain yang cukup berbeda dan tidak terpikirkan oleh orang lain. Terutama jika dia sudah berganti pakaian dinas dengan kaos lusuh dan topi terbalik yang digunakannya ketika menjalankan profesinya yang lain itu.
Dilansir dari Merdeka.com, selain sebagai polisi, Seladi memanfaatkan sampah sebagai sumber rejekinya. Sehari-harinya, selain berdinas di Polresta Malang, sejak 2006 Seladi juga menjadi pemulung untuk mata pencaharian tambahan.
"Ini rezeki, kenapa harus dibuang-buang. Sampingan saja, satu jam atau dua jam waktu luang saya manfaatkan untuk kegiatan ini," kata Seladi saat ditemui merdeka.com di tempat pengumpulan sampahnya di Jalan Dr Wahidin, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Rabu (18/5).
Ketika ditemui, Seldai ditemani oleh putra keduanya Rizaldy Wicaksono (23). Keduanya saling berlomba cekatan untuk memilah-milah sampah yang akan kembali dijualnya.
Dilansir dari Merdeka.com, selain sebagai polisi, Seladi memanfaatkan sampah sebagai sumber rejekinya. Sehari-harinya, selain berdinas di Polresta Malang, sejak 2006 Seladi juga menjadi pemulung untuk mata pencaharian tambahan.
"Ini rezeki, kenapa harus dibuang-buang. Sampingan saja, satu jam atau dua jam waktu luang saya manfaatkan untuk kegiatan ini," kata Seladi saat ditemui merdeka.com di tempat pengumpulan sampahnya di Jalan Dr Wahidin, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Rabu (18/5).
Ketika ditemui, Seldai ditemani oleh putra keduanya Rizaldy Wicaksono (23). Keduanya saling berlomba cekatan untuk memilah-milah sampah yang akan kembali dijualnya.
Tempat yang dijadikan Seladi sebagai tempat pengumpulan sampahnya itu sendiri merupakan rumah yang dipunjamkan oleh seorang karib. Rumah itu mulai ditempati oleh Seladi sejak 2008 sebagai tempat pengumpulan sampahnya.
"Sejak 2008, rumah ini dipinjami teman. Kalau dulu langsung dijual ke pengepul karena tidak ada tempat, sekarang dikumpulkan baru kemudian dijual," katanya.
Pekerjaan sampingan sebagai pemulung ini mulai dilakukan oleh Seladi sejak tahun 2006. Ketika itu dia melihat sampah yang menumpuk di Polresta. Suatu saat, dia datang ke pengepul rongsokan dengan mebawa sampah itu yang ternyata laku dijual.
"Saya melirik, wah ini rezeki juga. Jangan dibuang-buang. Buat sampingan tambahan. Intinya, dari pada dibuang-buang," katanya.
Sejak saat itu, Seladi kemudian mengumpulkan sampah walaupun hanya di lingkungan Polresta Malang. Baru setelah itu dia akhirnya berkeliling kota untuk menengok setiap bak sampah, barangkali menemukan barang yang masih dapat digunakan. Kegiatan itu biasanya dilakukannya di luar jam tugas yaitu pada malam hari.
"Sejak 2008, rumah ini dipinjami teman. Kalau dulu langsung dijual ke pengepul karena tidak ada tempat, sekarang dikumpulkan baru kemudian dijual," katanya.
Pekerjaan sampingan sebagai pemulung ini mulai dilakukan oleh Seladi sejak tahun 2006. Ketika itu dia melihat sampah yang menumpuk di Polresta. Suatu saat, dia datang ke pengepul rongsokan dengan mebawa sampah itu yang ternyata laku dijual.
"Saya melirik, wah ini rezeki juga. Jangan dibuang-buang. Buat sampingan tambahan. Intinya, dari pada dibuang-buang," katanya.
Sejak saat itu, Seladi kemudian mengumpulkan sampah walaupun hanya di lingkungan Polresta Malang. Baru setelah itu dia akhirnya berkeliling kota untuk menengok setiap bak sampah, barangkali menemukan barang yang masih dapat digunakan. Kegiatan itu biasanya dilakukannya di luar jam tugas yaitu pada malam hari.
Seiring waktu, Seladi tidak perlu lagi berkeliling untuk mencari di bak sampah tetapi bekerja sama dengan pihak lain yang mau mengantarkan sampah ke gudangnya. Seladi memanfaatkan waktu luangnya yang sebelumnya untuk mencari sampah menjadi memilah-milah sampah yang ada di gudangnya.
"Kenapa harus malu, ini rezeki juga," tegas pria kelahiran Dampit, Kabupaten Malang ini.
Sehari-harinya, Seladi bertugas di Satuan Lalu Lintas Polresta Malang. Setiap hari setelah membantu mengatur lalu lintas di pagi hari, Seladi biasa berkantor di Unit Pelayanan SIM. Selain profesinya yang cukup unik, Seladi juga biasa dikenali sebagai polisi yang berangkat dan pulang kerja mengendarai sepeda onthel.
"Kenapa harus malu, ini rezeki juga," tegas pria kelahiran Dampit, Kabupaten Malang ini.
Sehari-harinya, Seladi bertugas di Satuan Lalu Lintas Polresta Malang. Setiap hari setelah membantu mengatur lalu lintas di pagi hari, Seladi biasa berkantor di Unit Pelayanan SIM. Selain profesinya yang cukup unik, Seladi juga biasa dikenali sebagai polisi yang berangkat dan pulang kerja mengendarai sepeda onthel.
Không có nhận xét nào:
Đăng nhận xét